Cara Menanam Bawang Merah
Cara Menanam Bawang Merah - Bawang merah adalah jenis tanaman yang menjadi bumbu berbagai jenis masakan di Indonesia. Tumbuhan ini dikelompokkan dalam Allium Cepata, dan yang paling sering dimanfaatkan sebagai bahan bumbu masakan adalah bagian umbinya. Bawang sendiri merupakan tumbuhan yang berasal dari Asia Tenggara dan Asia Tengah, serta di Indonesia sendiri sangat banyak dibudidayakan.
Pada tulisan ini akan dibahas mengenai cara menanam bawang merah dan sekaligus merupakan kelanjutan tulisan sebelumnya, yaitu tentang cara menanam cabe. Kesuksesan dalam budidaya bawang merah tentu akan diperhadapkan dengan berbagai masalah, diantaranya adalah serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro yang dapat menyebabkan jumlah produksi menurun.
Untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi saat membudidayakan tanaman bawang merah, maka pada tulisan cara menanam bawang merah yang akan dipublikasikan ini akan dipaparkan bagaimana cara budidaya bawang merah secara baik dan benar, sehingga diharapkan akan menghasilkan produksi yang baik secara kuantitas dan kualitas.
Cara Menanam Bawang Merah
A. PRA TANAM
1. Syart Tumbuh
Bawang merah akan tumbuh dengan baik bila ditanam pada tanah sawah atau tegalan dengan tekstur sedang sampai liat. Selain itu tempat pertumbuhan bawang merah yang baik bisa juga di tanam pada jenis tanah Alluvial yang memiliki pH 5.6 - 6.5, dengan ketinggian 0-400 mdpl, dan kelembaban 50-70 %, serta suhu 25-32 drajat C.
2. Pengolahan Tanah
Setelah lahan dibersihkan dari gulma dan tumbuhan liar lainnya, maka sebaiknya pada permukaan tanah disebar pupuk kandang dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2. Tanah yang sudah ditamburi pupuk kandang kemudian diluku dan digaru dan kondisi ini biarkan selama waktu kurang lebih 1 minggu.
Hal lainnya yang harus dilakukan adalah membuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm. Perlu diperhatikan bahwa diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
Bila pH tanah kurang dari 5,6, maka sebaiknya diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu. Sementara untuk mencegah penyakit layu, maka dapat diatasi dengan menaburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan.
3. Pupuk Dasar
Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah. Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.
4. Pemilihan Bibit
Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi. Sementara umbi bibit yang baik adalah umbi yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya). Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)
B. FASE TANAM
1. Jarak Tanam
Jarak tanam pada musim kemarau adalah 15 x 15 cm dengan jenis tanaman adalah varietas Ilocos, sementara untuk musim penghujan jarak tanaman adalah berukuran 20 x 15 cm dengan varietas Tiron.
2. Cara Tanam
Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air ), kemudian taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA. Setelah kedua proses ini dilalui, maka kemudian simpan bibit selama 2 hari sebelum di tanam. Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.
C. AWAL PERTUMBUHAN (0 - 10 Hari Setelah Tanam)
1. Pengamatan Hama
Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas.
Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan VIREXI.
Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA.
Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO.
2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang
Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut melem).
3. Pemupukan pemeliharaan/susulan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.
Pemupukan sebaiknya dilakukan sebanyak 2 kali dengan dosis setiap 1000 m2 adalah sebagai berikut:
- 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
- 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemupukan ini adalah dalam hal pengolahan pupuk yang sebaiknya dilakukan dengan cara mencampur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya. Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.
4. Pengairan
Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %. Sementara Air dengan salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah, sehingga perlu diperhatikan tinggi permukaan air pada saluran (canal) harus dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman.
D. FASE VEGETATIF (11- 35 Hari Setelah Tanam)
1. Pengamatan Hama dan Penyakit
Hama Ulat bawang, S. litura dan S. exigua Thrips, mulai menyerang tanaman pada umur 30 hari setelah tanam. Hal ini disebabkan karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak. Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan BVR atau PESTONA.
Penyakit Bercak Ungu atau Trotol
Disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan penebaran GLIO.
Penyakit Antraknose atau Otomotis
Disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan GLIO
Penyakit oleh Virus
Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.
Busuk umbi oleh Bakteri
- Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.
- Busuk umbi/ leher batang oleh jamur.
- Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase).
- Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan.
Untuk mengatasi penyakit Busuk umbi yang disebabkan oleh bakteri, sebaiknya diatasi dengan menggunakan PESTISIDA Kimia.
2. Pengelolaan Tanaman
- Penyiangan kedua dilakukan pada umur
30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.
- Penyemprotan POC NASA dengan dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki (dicampurkan dengan NASA).
- Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.
E. PEMBENTUKAN UMBI ( 36 - 50 Hari Setelah Tanam )
Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.
F. PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 Hari Setelah Tanam )
Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.
G. PANEN DAN PACA PANEN
1. Panen
> 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 - 90 hari.
> Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
> Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)
2. Pasca Panen
- Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.
- Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.
Pada tulisan ini akan dibahas mengenai cara menanam bawang merah dan sekaligus merupakan kelanjutan tulisan sebelumnya, yaitu tentang cara menanam cabe. Kesuksesan dalam budidaya bawang merah tentu akan diperhadapkan dengan berbagai masalah, diantaranya adalah serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro yang dapat menyebabkan jumlah produksi menurun.
Untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi saat membudidayakan tanaman bawang merah, maka pada tulisan cara menanam bawang merah yang akan dipublikasikan ini akan dipaparkan bagaimana cara budidaya bawang merah secara baik dan benar, sehingga diharapkan akan menghasilkan produksi yang baik secara kuantitas dan kualitas.
Cara Menanam Bawang Merah
A. PRA TANAM
1. Syart Tumbuh
Bawang merah akan tumbuh dengan baik bila ditanam pada tanah sawah atau tegalan dengan tekstur sedang sampai liat. Selain itu tempat pertumbuhan bawang merah yang baik bisa juga di tanam pada jenis tanah Alluvial yang memiliki pH 5.6 - 6.5, dengan ketinggian 0-400 mdpl, dan kelembaban 50-70 %, serta suhu 25-32 drajat C.
2. Pengolahan Tanah
Setelah lahan dibersihkan dari gulma dan tumbuhan liar lainnya, maka sebaiknya pada permukaan tanah disebar pupuk kandang dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2. Tanah yang sudah ditamburi pupuk kandang kemudian diluku dan digaru dan kondisi ini biarkan selama waktu kurang lebih 1 minggu.
Hal lainnya yang harus dilakukan adalah membuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm. Perlu diperhatikan bahwa diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
Bila pH tanah kurang dari 5,6, maka sebaiknya diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu. Sementara untuk mencegah penyakit layu, maka dapat diatasi dengan menaburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan.
3. Pupuk Dasar
Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah. Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.
4. Pemilihan Bibit
Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi. Sementara umbi bibit yang baik adalah umbi yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya). Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)
B. FASE TANAM
1. Jarak Tanam
Jarak tanam pada musim kemarau adalah 15 x 15 cm dengan jenis tanaman adalah varietas Ilocos, sementara untuk musim penghujan jarak tanaman adalah berukuran 20 x 15 cm dengan varietas Tiron.
2. Cara Tanam
Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air ), kemudian taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA. Setelah kedua proses ini dilalui, maka kemudian simpan bibit selama 2 hari sebelum di tanam. Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.
C. AWAL PERTUMBUHAN (0 - 10 Hari Setelah Tanam)
1. Pengamatan Hama
Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas.
Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan VIREXI.
Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA.
Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO.
2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang
Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut melem).
3. Pemupukan pemeliharaan/susulan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.
Pemupukan sebaiknya dilakukan sebanyak 2 kali dengan dosis setiap 1000 m2 adalah sebagai berikut:
- 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
- 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemupukan ini adalah dalam hal pengolahan pupuk yang sebaiknya dilakukan dengan cara mencampur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya. Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.
4. Pengairan
Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %. Sementara Air dengan salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah, sehingga perlu diperhatikan tinggi permukaan air pada saluran (canal) harus dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman.
D. FASE VEGETATIF (11- 35 Hari Setelah Tanam)
1. Pengamatan Hama dan Penyakit
Hama Ulat bawang, S. litura dan S. exigua Thrips, mulai menyerang tanaman pada umur 30 hari setelah tanam. Hal ini disebabkan karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak. Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan BVR atau PESTONA.
Penyakit Bercak Ungu atau Trotol
Disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan penebaran GLIO.
Penyakit Antraknose atau Otomotis
Disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan GLIO
Penyakit oleh Virus
Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.
Busuk umbi oleh Bakteri
- Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.
- Busuk umbi/ leher batang oleh jamur.
- Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase).
- Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan.
Untuk mengatasi penyakit Busuk umbi yang disebabkan oleh bakteri, sebaiknya diatasi dengan menggunakan PESTISIDA Kimia.
2. Pengelolaan Tanaman
- Penyiangan kedua dilakukan pada umur
30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.
- Penyemprotan POC NASA dengan dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki (dicampurkan dengan NASA).
- Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.
E. PEMBENTUKAN UMBI ( 36 - 50 Hari Setelah Tanam )
Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.
F. PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 Hari Setelah Tanam )
Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.
G. PANEN DAN PACA PANEN
1. Panen
> 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 - 90 hari.
> Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
> Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)
2. Pasca Panen
- Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.
- Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.
0 comments:
Post a Comment